Senja Nanti : seseorang di Gaza




Sebelum senja nanti,
kita leluasa untuk berpeluk akhir
atau sekadar berlarian kecil
pada ilalang
Sebab masaku berakhir sebentar lagi,
pada tiap degup langkah-langkah kota tak terarah
yang kalut pada wajah Ideologi liar
Seratus lima puluh pamflet berkabar
tentang derap-derap berat langkah bimbang,
ingin masuk kota sendiri
atau berani menentang luka

Sudah, biarkan saja
Ladang-ladang gandumku menjadi ladang alat keadilan
yang meletup-letup menghapus jejak masa kanak
Karena tiap jengkal di sana,
adalah taruhan hidup tanpa henti
Kemudian, jalanan adalah peristirahatan terakhirmu
bersama pelor-pelor letih dan reruntuhan

Nak,  maafkan ayahmu ini
Hidupmu tak sejernih embun-embun
yang berayun  pada pucuk cemara
dan suara-suara dari dari balik kawat
telah menjelma hujan akhir tahun yang pilu
Dan senja nanti kita tak dapat mengendus
aroma mawar yang bercanda dengan matahari
Sebab tanahmu telah kusam
oleh sisa-sisa asa yang enggan mengetuk langit

Sebuah cerita kepasrahan seorang pejuang yang mengusik hatinya untuk memperjuangkan hidup..

0 komentar:

Sajak Gadis Malioboro





Dari balik terik Malioboro,

gerai rambutmu adalah sutra-sutra tersulam,

yang enggan bercanda dengan angin

Tetaplah begitu,

sebab tiga ratus batu giok

toh, tak mampu menampikmu

Menarilah,

bersama riuh resah stasiun,

sebab kereta risau tak lagi rindu padamu

Dan jalan-jalan ini adalah kekasihmu dahulu,

yang mencintaimu dengan sederhana

Bergaun batiklah dulu,

karena  soga di gaunmu adalah cerita lugu,

yang mengalir deras

Atau tunggulah,

bersama lampu-lampu jalan yang meneduhkan,

sebab hari ini seseorang merindukanmu,

pada setetes hujan terakhir  



Merupakan sajak yang ditulis sebagai bentuk kekaguman kepada seseorang yang anggun di kota Keraton..

0 komentar:

Hari ini, Kemarin dan Esok




Hari ini adalah tiga ratus peluru tanpa nama
 terlontar
Sebab sang pemilik enggan berkomentar,
tentang pamflet yang membuatnya risau

Atau sekadar bertanya
tentang nasib anak cucunya
Hari ini adalah tanah yang tak lagi bersahabat
Sebab tiap selisih sejengkal adalah musuh
Dan ikatan seperti angin lalu,
karena ini benang tipis yang rapuh

Kemarin adalah busur yang tumpul
Sebab nenek, tak hirau dengan cucu angkatnya
sehingga tiap detik mundur selangkah
hingga tak dapat mengenali diri
Kemarin adalah pesta pora yang lugu
Sebab tiap emas yang kau miliki adalah hartanya
Dan neraca sudah kehilangan lengannya
tanpa mengusik pikiranmu yang terlampu jauh

Tapi esok seperti teka-teki silang
Tinggal kau isi dan jadi
Tak perlu proses yang lelah
Karena esok kita panen,
panen yang membuat kita terkejut

0 komentar:

Apa kabar TPS*





Siapa mau pilih apa?
Sebab, di sini tertulis saya tak perlu tahu apa-apa
Tinggal saya coret, dan dapat amplop
Itu sudah cukup
Sebab seratus ribu juga sudah berbicara,
dan tuan tinggal mengisi perut
Isi sebanyak-banyaknya,
sebelum surut

Apa mau pilih siapa?
Tak usah berlarut-larut,
toh, beras lima kilo,
sayur sepuluh ikat,
sudah terlanjur tertelan
Tak usah sungkan,
sebab, tuan-tuan sedang berkompetisi,
tuan senang, kamipun senang

Siapa pilih mau apa?
Tak usah bingung,
karena hari ini adalah nasib baik tuan,
jadi tuan tak perlu ragu,
toh, cuma seratus juta rupiah
Kelak tuan bisa nyerempet lagi

Apa pilih mau siapa?
Sebab, di sini saya tak perlu tahu urusannya
Tinggal coret dan buang ke tong
Toh, tak membuat rugi
Sebab, tahun-tahun sebelumnya juga begitu


*Tempat Pembuangan Suara

Sebuah metafora sajak yang mengkritik Pemilihan Langsung Pemimpin..

0 komentar: