Sajak Mandalawangi
Ingin sekali rasanya malam ini ku basuh peluh di kakimu, wahai mandalawangi
Sudah berapa masa kau tidak cerita tentang panorama yang kian menua pada kerut wajahmu
Bahkan aku sudah tidak ingat, berapa banyak lipatan kebijaksanaan yang tertoreh pada pelipismu
Terakhir kali kau kirimkan suara melalui semilir angin pohon cemara, ditengah teriknya hiruk pikuk kota Pahlawan, Tugu, dan jalan-jalan yang terbujur
Semua itu seakan merona, mengikis ketegaran batu karang pada bilah lubuk hati, kemudian menggusarkan keangkuhan
Jika ingin diutarakan dalam bahasa kelembutan, sungguh aku merindukanmu, wahai mandalawangi
Rindu pada setetes embun kata-katamu yang luruh, walau kadang pelik dimengerti
Rindu pada kehangatan tanah yang merangkul dalam ufuk avontur senja
Dan, rindu akan kehadiran ‘sosok‘ dan hingar bingar yang tiba-tiba meledak seolah lepas, seperti pekik suara Mahameru
Aku ingin pulang, Mandalawangi
Kelak esok hari kita akan bercengkrama kembali
Sebuah Sajak singkat yang bercerita tentang seorang perantau yang rindu pada kehangatan keluarga...
About author: Widhio Setyo Nugroho
Kerjakan dan Ekspansikan!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar: