Sajak Mandalawangi



Ingin sekali rasanya malam ini ku basuh peluh di kakimu, wahai mandalawangi

Sudah berapa masa kau tidak cerita tentang panorama yang kian menua pada kerut wajahmu

Bahkan aku sudah tidak ingat, berapa banyak lipatan kebijaksanaan yang tertoreh pada pelipismu

Terakhir kali kau kirimkan suara melalui semilir angin pohon cemara, ditengah teriknya hiruk pikuk kota Pahlawan, Tugu, dan jalan-jalan yang terbujur

Semua itu seakan merona, mengikis ketegaran batu karang pada bilah lubuk hati, kemudian menggusarkan keangkuhan

Jika ingin diutarakan dalam bahasa kelembutan, sungguh aku merindukanmu, wahai mandalawangi

Rindu pada setetes embun kata-katamu yang luruh, walau kadang pelik dimengerti

Rindu pada kehangatan tanah yang merangkul dalam ufuk avontur senja

Dan, rindu akan kehadiran ‘sosok‘ dan hingar bingar yang tiba-tiba meledak seolah lepas, seperti pekik suara Mahameru

Aku ingin pulang, Mandalawangi

Kelak esok hari kita akan bercengkrama kembali



Sebuah Sajak singkat yang bercerita tentang seorang perantau yang rindu pada kehangatan keluarga...

0 komentar: